Toilet Angker SMA Cakrawala: Lebih Mencekam dari yang Kau Duga!
Setiap sekolah memiliki legendanya sendiri. Tapi di SMA Cakrawala, legenda yang paling sering diceritakan adalah tentang toilet di lantai dua. Bukan sembarang toilet, melainkan toilet paling ujung, yang konon dihuni oleh hantu. Bukan hantu yang berteriak atau mengganggu terang-terangan, melainkan hantu yang bermain-main dengan ketakutanmu, menari di ujung sarafmu, sampai kau tidak bisa membedakan mana kenyataan dan mana halusinasi.
Namaku Dino, dan aku adalah salah satu siswa paling skeptis di SMA Cakrawala. Aku tidak percaya hantu, jin, atau apa pun yang tidak bisa dijelaskan secara logis. Teman-temanku sering mengejekku, menantangku untuk membuktikan keberadaan "hantu toilet" itu. Dan pada suatu sore, setelah jam pelajaran usai, aku menerima tantangan mereka.
Sore itu, sekolah sudah sepi. Hanya ada aku, ditemani bayangan panjang gedung yang menjulang. Aku berjalan menuju toilet di lantai dua. Toilet itu memang terasa berbeda. Udaranya lebih dingin, baunya apek, dan lampu di dalamnya berkedip-kedip. Aku masuk ke bilik paling ujung, bilik yang katanya berhantu.
Aku duduk di sana, mengeluarkan ponselku, dan mulai merekam. "Lihat, tidak ada apa-apa," bisikku ke kamera, mencoba terdengar berani. "Ini semua hanya bualan."
Tiba-tiba, lampu di bilikku mati. Gelap total. Aku mencoba menyalakan senter di ponselku, tapi ponselku mati. Jantungku berdebar kencang. "Oke, ini hanya kebetulan," gumamku, mencoba meyakinkan diri sendiri.
Lalu, aku mendengar suara. Suara keran air menetes. Tetes... tetes... tetes... Suara itu berasal dari bilik sebelah. Anehnya, aku tidak mendengar suara keran itu sebelum lampu mati. Aku menajamkan pendengaranku. Suara tetesan itu semakin cepat, semakin keras, seolah keran itu dibuka penuh.
Sreeek!
Suara pintu bilik sebelah terbuka. Aku menahan napas. Aku mendengar langkah kaki. Langkah kaki itu pelan, menyeret, dan semakin dekat ke bilikku. Aku bisa merasakan hawa dingin yang menusuk dari balik celah pintu bilikku.
Aku melihatnya. Dari bawah celah pintu, muncul sepasang kaki. Kaki pucat, dengan kuku hitam yang panjang. Kaki itu berhenti tepat di depan bilikku.
Aku menelan ludah. "Siapa di sana?" tanyaku, mencoba terdengar berani, tapi suaraku bergetar.
Tidak ada jawaban. Hanya keheningan yang mencekam. Lalu, dari atas pintu bilikku, muncul sebuah tangan. Tangan itu pucat, kurus, dengan kuku hitam yang panjang. Tangan itu perlahan-lahan meraih engsel pintu.
Aku menjerit. Aku berteriak sekencang-kencangnya, mencoba membuka pintu, tapi pintu itu terkunci dari luar. Aku panik, menggedor-gedor pintu, berharap ada yang mendengar.
Tiba-tiba, lampu di toilet menyala kembali. Pintu bilikku terbuka. Tidak ada siapa-siapa di sana. Hanya aku, sendirian, dengan napas terengah-engah. Keran di bilik sebelah mati. Ponselku kembali menyala. Rekaman videoku menunjukkan bahwa tidak ada apa-apa yang terjadi. Hanya aku yang berteriak panik.
Aku lari keluar dari toilet, tidak peduli dengan teman-temanku. Aku tidak berani kembali ke sana lagi. Sejak malam itu, aku tidak pernah lagi meremehkan cerita tentang hantu toilet sekolah. Aku tahu, hantu itu tidak perlu menampakkan diri seutuhnya. Ia hanya perlu bermain dengan pikiranmu, sampai kau tidak tahu lagi mana yang nyata dan mana yang hanya bayangan semu dari ketakutanmu sendiri.
Komentar
Posting Komentar